Sabtu, 28 November 2009

INGIN MEREKA JADI APA YA?




Anak adalah mutiara hati, penerus generasi. Sebagai orang tua, segala bentuk kasih sayang, perhatian, tercurah untuk mereka tanpa pamrih. Tanpa mengharap balas jasa kita melakukan semua tugas kita sebagai orang tua dengan suka cita. Seiring anak-anak kita beranjak remaja hingga dewasa, pastilah ada harapan-harapan kita, ingin “menjadi apa” anak-anak kita nanti. Apakah jadi seorang dokter, polisi, pengusaha, guru, dosen, pekerja kantoran, tentara, ahli tehnologi informasi, enetertainer, atau apa? Memang, orang tua tidak bisa memaksa seorang anak untuk menjadi ini ataupun itu sesuai yang diinginkan. Anak akan lebih baik memilih profesi yang sesuai keinginannya sendiri, bukan menjadi seperti yang diinginkan orang tuanya. Tapi setidaknya….sebagai orang tua kita bisa mengarahkan anak menjadi seperti harapan kita sejak kecil. Misalnya, orang tua mengharapkan si anak lelaki kelak menjadi seorang tentara, maka orang tua bisa membiasakan si anak sedari kecil dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan profesi tentara , entah itu mainan mobil tank, peawat tempur, senapan, megajak rekreasi ke museum ABRI, melihat atraksi terjun payung, dan lain-lain. Memang upaya ini tidak selalu menjamin anak nantinya menyukai profesi seorang tentara, bisa jadi dia lebih menyukai hal yang lain. Namun setidaknya kita sebagai orang tua telah menstimulasi anak dengan sesuatu yang positif.

Berbicara tentang ingin menjadi apa anak kita, sebagai ibu, tentulah saya menyimpan keinginan tersendiri di hati, ingin menjadi anak-anak saya nanti. Mereka adalah tiga orang putri yang manis, ekspresif, pintar dan mandiri. Saya tidak tahu, ingin menjadi apa sebenarnya mereka. Tapi kira-kira, inilah harapan-harapan saya ingin jadi apa mereka nanti:

* Farah.

Dia cukup pintar, prestasinya tidak mengkuatirkan. Sangat mandiri dan lembut hatinya. Sebagai anak tertua, saya mengharapkan prestasi sekolahnya baik, sebagai contoh dan panutan adik-adiknya. Jika dia mau dan Allah Swt mengabulkan (doa-doa saya), saya ingin Farah menjadi seorang dokter. Tepatnya dokter spesialis penyakit dalam (Sp.D), karena dia cukup sabar dan telaten merespon cerita orang. Bukankah seorang dokter harus sabar dan telaten mendengar keluhan-keluhan pasiennya? Dia anak yang santun pada orang tua dan bukankah kebanyakan pasien nya nanti orang tua? Otaknya yang cukup cemerlang tak kan membuatnya kesulitan dalam mendalami ilmu kedokteran, dan menyelesaikan pendidikannya di fakultas kedokteran. Hanya saja……dia kurang tertarik pada dunia medis. Lebih tertarik pada IT (kelihatannya) dan arsitektur (katanya). Tapi saya cukup gembira melihat dia aktif di kegiatan PMR. Mudah-mudahan extrakurikuler PMR bisa menstimulasi dia untuk jadi seorang dokter

* Safira

Sifatnya terbuka, tegas, dan komunikatif serta kritis. Dia sangat tekun dan inspiratif. Menurut saya akan sangat cocok baginya bila dia menjadi seorang ahli hukum (lawyer) atau dosen (waktu kecil, bermain guru-guruan adalah favoritnya). Tapi nampaknya saat-saat ini dia sangat tertarik untuk jadi dokter. Dia terinspirasi ketika saya hamil dan harus melahirkan secara Caesar di Rumah sakit Iswahyudi. Juga pada saat saya sakit dan periksa ke dr Ndaru (dia bahkan sempat berhitung berapa uang yang masuk dari pasien yang begitu ramai). Juga ketika saya kembali sakit dan berobat ke dokter Harnowo Sp.D. Menyikapi ketertarikannya ini, setiap kali saya sakit selalu saya ajak menemani ke dokter. Ya…untuk memupuk ketertarikannya pada dunia medis, siapa tahu dia kelak juga bisa jadi dokter. Mungkin..kalo benar-benar jadi dokter, dia lebih baik ambil spesialis obgyn (kandungan). Dokter spesialis kandungan perempuan sangat jarang, padahal wanita pasti lebih nyaman bila urusan “kewanitaan” ditangani oleh dokter yang sama-sama perempuan. Soal kemampuan otak…pasti dia bisa. Karena saya tahu dia anak yang tekun dan mau berusaha.

* Feby

Meski dia masih kecil, saya sudah memupuk harapan akan jadi apa dia nanti. Saya belum tahu bagaimana watak dak sifatnya, karena dia masih 9 bulan. Baru bisa menangis dan bicara bahasa yang gak jelas. Tapi sudah kubayangkan jikalau dia besar nanti menjadi seorang dentist. Ya..dia cocok jadi seorang dokter gigi. Atau karena kakak-kakaknya sudah jadi dokter spesialis….,dia biar jadi apoteker saja. Nanti dia akan punya “beberapa” apotek sendiri.

Entahlah…………….kenapa saya ingin sekali ada minimalnya seorang anak saya yang berprofesi sebagai dokter. Karena dulu saya bercita-cita jadi dokter, dan nggak kesampaian. Saya tahu.,biaya untuk kuliah di kedokteran sangat mahal. Saya tetap optimis bisa mendanai mereka. Asalkan saya tetap sehat, saya pasti mampu mengusahakannya.

Namun begitu, menjadi dokter bukan sebuah paksaan. Hanya harapan dan impian saya. Mereka boleh menjadi apa saja yang mereka inginkan, asal yang bermanfaat buat masa depannya. Mereka boleh jadi Polwan, jadi Wara, lawyer, notaris, pekerja kantoran, atau apa sajalah…………….Sebagai orang tua saya akan selalu mendukung dan mensupportnya. Satu hal pesan yang harus mereka laksanakan……..mereka harus bekerja, punya penghasilan sendiri seperti saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar